Anak-Anak enfo

enfohealth.blogspot.com
enfootaku.blogspot.com
enfomythology.blogspot.com
enfowhat.blogspot.com
enfoentertainment.blogspot.com

Sabtu, April 04, 2009

Aspirin

Tahukah kamu obat apa yang dipasarkan pertama kali dalam bentuk tablet? Petunjuknya, obat ini sering digunakan di seluruh dunia untuk menghilangkan sakit ringan dan sakit kepala? Ya, betul. Aspirin.

Aspirin berasal dari Yunani Kuno dan telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pertama kali diperkenalkan oleh Hippocrates, bapak dokter se-dunia . Dahulu tentu saja namanya bukan aspirin. Namun willow, karena obat ini dibuat dari batang tumbuhan willow dijadikan bubuk dan dikeringkan. Bubuk itu mengandung asam salisil (salicylic acid).

Kemudian pada abad 19, para ahli kimia menemukan bahwa asam salisil tersebut dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit namun memiliki efek “membakar” tenggorokan dan menyebabkan sakit perut.

Dalam perkembangannya, seorang ahli kimia Prancis menemukan formula asam asetil salisil yang dapat mengurangi efek buruk dari obat sebelumnya. Lalu, 44 tahun kemudian (1897), Felix Hoffman mengembangkan proses pembuatan asam salisil sintetis dan bekerjasama dengan Bayer, akhirnya obat ini dipasarkan dengan merk Aspirin dan berbentuk tablet.

Oh ya jangan lupa, ternyata tidak semua orang bisa meminum aspirin. Beberapa orang "alergi" terhadap aspirin (baca tentang alergi disini ). Gejala alergi pada aspirin diantaranya : gatal pada wajah dan mata berair,hidung tersumbat, sesak nafas, hingga bintik-bintik di kulit.

Hingga kini aspirin menjadi obat paling laku dan dikenal luas di seluruh dunia.

Studi terdahulu menyatakan pil yang ditemukan 100 tahun silam ini juga mampu mencegah kanker paru-paru, penyakit jantung dan artritis.
Kesimpulan para peneliti dari Institute of Pharmacological Research, Milan, Italia ini muncul setelah dilakukan analisis terhadap 965 orang pasien kanker dan 1779 orang di rumah sakit. Kepada mereka diberikan daftar pertanyaan atau kuesioner seputar kebiasaan merokok, minum, diet dan seberapa sering mereka mengonsumsi aspirin.
Hasilnya, pada orang yang menenggak aspirin secara teratur selama lima tahun atau lebih bisa mengurangi potensi mereka mengidap kanker mulut, dan kerongkongan dibanding mereka yang tak pernah atau jarang mengonsumsi aspirin.
Banyak di antara pasien tersebut yang meminum aspirin berkaitan dengan gangguan jantung yang dideritanya. Seperti kita tahu, obat ini kerap digunakan dalam pengobatan penyakit kardiovaskuler untuk mengurangi pembekuan darah. Dalam hal ini, aspirin mampu menghambat penggumpalan trombosit, butir pembeku darah. Dengan mekanisme itu, aspirin mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang berarti membantu mengurangi atau mencegah timbulnya pembekuan pada arteri yang menyempit.
Dari hasil studi yang dipublikasikan dalam The British Journal of Cancer ini diyakini bahwa apabila aspirin dikonsumsi lebih awal sebelum seseorang menderita kanker maka bisa dipakai sebagai obat antikanker. Namun sebelum hal ini direkomendasikan kepada khalayak umum, tetap dibutuhkan studi lanjutan.
”Ini memang baru bukti pertama bahwa aspirin bisa mengurangi risiko kanker. Yang kami tahu, aspirin juga bisa mengurangi risiko itu berkat kinerja sebuah enzim bernama cyclooxegenase-2 yang berperan penting dalam menghentikan proses pertumbuhan kanker,” ujar pemimpin studi Dr Cristina Bosetti, seperti dikutip dari BBC News.
Hal ini dibenarkan oleh Dr. Hardian Arifin Apt, apoteker di Klinik Dharma Medika, Jakarta. Ia memaparkan bahwa melalui enzim cyclooxegenase-2 ini aspirin mampu mencegah terjadinya sintesa prostaglandin dan aktivitas proliferasi. Selain itu, aspirin meningkatkan kematian sel. Aspirin mencegah pembentukan pembuluh darah baru dan kemungkinan juga menghambat tekanan kekebalan akibat karsinogen. ”Tapi untuk bisa mendapat hasil ini, aspirin harus dikonsumsi secara teratur. Sampai sekarang belum ada penelitian seputar limit penggunaan aspirin, maka obat ini belum bisa dikatakan sebagai antikanker mengingat efek samping yang bisa ditimbulkannya,” ujar Hardian saat dihubungi di Jakarta, Rabu (5/3).
Sementara Dr. Richard Sullivan, kepala klinik Cancer Research di Inggris mengomentari bahwa aspirin memang telanjur tenar sebagai obat yang banyak khasiatnya. Awalnya, obat ini dipakai sebagai penghilang rasa sakit biasa, kelamaan banyak bukti yang bisa menjelaskan secara medis bahwa aspirin juga berguna dalam pencegahan kanker.
Senada dengan Bosetti, Sullivan juga menyatakan belum saatnya merekomendasikan obat ini sebagai antikanker. Harus dilakukan invenstigasi lebih jauh seputar efek samping yang bisa ditimbulkan sebagai imbas dari pemakaian jangka panjang. Tapi kalau memang benar aspirin bisa menjadi antikanker, berarti akan mampu menolong penyebaran penyakit mematikan ini. Saat ini di Inggris saja ada sekitar 7.250 kasus kanker kerongkongan, 4.000 kasus kanker mulut dan 2.200 kanker tenggorokan. Ketiganya disebabkan oleh kebiasaan minum minuman keras dan merokok yang belebihan.
”Isu yang menyatakan bahwa aspirin bisa mencegah kanker sudah terdengar sejak beberapa tahun silam, tepatnya saat tim peneliti dari Australia mensinyalir adanya korelasi antara obat ini dengan kanker usus besar” ujar Hardian.
Sesungguhnya aspirin adalah analgesik, antipiretik atau penurun panas dan antiinflamasi alias penghambat peradangan. Kendati banyak media yang menyorotnya sebagai obat ajaib multifungsi, perlu dicermati bahwa aspirin tetap memiliki efek samping yang membahayakan pemakainya kalau dikonsumsi berlebihan. Karena itu, obat ini dinyatakan sebagai obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
Kebanyakan dokter memberi aspirin kepada pasien penyakit gangguan jantung dengan tujuan mencegah terulangnya keadaan yang ditimbulkan oleh pembekuan darah. Serangan jantung terjadi karena tersumbatnya pembuluh arteri jantung oleh bekuan darah. Bila Anda pernah serangan jantung, aspirin dapat mengurangi kemungkinan serangan berulang sampai lebih dari 30 persen.
Menurut Hardian, sebenarnya aspirin aman dikonsumsi selama menuruti aturan resep yang diberikan. Namun jika ditenggak berlebihan dalam jangka panjang maka bisa memicu iritasi lambung, pendarahan, alergi, dan peradangan hati pada anak-anak
”Anak-anak di bawah 16 tahun sebaiknya tidak diberi aspirin, karena selain bisa menimbulkan radang hati juga mengganggu kinerja otak,” demikian Hardian.

0 komentar:

Blogger Templates by OurBlogTemplates.com 2007